Para Wanita Di Jepang Ini Rela Membayar Sejumlah Uang Demi Meluapkan Air Matanya

Salah satu cara meluapkan emosi adalah dengan cara menangis agar terhindar dari stres. Di Jepang, para wanita tidak malu dan rela untuk membayar jasa sebuah perusahaan yang dapat membantu mereka meluapkan semua emosi dan tangisan.

einenohibiki.blogspot.co.id

Desakan akan kebutuhan hidup membuat banyak orang bekerja ekstra untuk memenuhinya, tak terkecuali wanita. Kini banyak wanita yang bekerja bahkan lebih dari 8 jam untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Wanita terkadang kurang bisa mengendalikan emosi terhadap tekanan yang mereka terima. Terutama bagi wanita yang masih tak kunjung menikah dan yang rapuh hatinya seolah seperti tidak ada tempat pulang bagi untuk mencurahkan emosinya. Tak jarang wanita akan bersedih dan menangis sendirian di kantor.

Seorang pengusahan di Jepang, Hiroki Terai yang melihat hal tersebut menjadikannya sebagai peluang bisnis. Terai mendirikan sebuah perusahaan yang menyediakan ‘jasa menangis’. Terai mendirikan perusahaan bernama Rui Katsu atau ‘pencari air mata’.

Melalui bisnisnya ini, Terai dan tim mengajak para wanita yang merasa sedih dan tertekan untuk meluapkan tangisannya. Terai dan tim pun menyediakan pria tampan untuk menemani dan menghapus air mata mereka. Para pria tampan ini dikenal dengan nama Ikemeso Takkyubin yang berarti ‘pengantar tangisan’.

Menangis Jadi Hal Yang Tabu

Suatu negara memiliki budaya yang berbeda, terutama dalam hal menangis. Di negara barat  praktek seperti ini dianggap hal yang aneh dan tidak biasa. Menunjukkan rasa sedih atau menangis dianggap sebagai suatu tindakan yang tidak dewasa. Maka dari itu emosi seringkali harus ditekan bahkan dihilangkan.

Menurut survey yang dilakukan oleh International Study on Adult Crying, warga negara Jepang yang paling jarang menangis bila dibandingkan dengan 37 negara lainnya.

Seorang pembuat film bernama Darryl Thoms mencoba untuk mencari tahu alasan Terai membuka bisnis Rui Katsu ini. Kepada Thoms, Terai mengungkapkan bahwa dirinya melihat kebutuhan konseling terhadap wanita Jepang yang mengalami masalah perceraian. Untuk membantu mengatasi rasa sedihnya tersebut adalah dengan menangis.

Fakta yang ditemui oleh Terai ini menyebutkan bahwa dalam kasus perceraian, para perempuan ini yang memilih untuk berpisah. Para pria Jepang ini kebanyakan bekerja lebih dari 14 jam sehari, bahkan akhir pekan pun harus bekerja. Banyak dari pria yang akhirnya memanfaatkan waktu liburnya hanya untuk bermain golf ataupun tidur seharian. Hal itulah yang mendasari awalnya jasa ‘menangis’  ini didirikan.

Hiroki Terai yang merupakan seorang penulis ini sebelumnya sudah melakukan riset mengenai manfaat dari menangis. Kemudian ia kembangkan suatu teknik agar orang-orang mampu mengekspresikan emosinya dalam bentuk tangisan. Barulah di tahun 2015, Terai mendirikan bisnisnya tersebut.

Daya Tarik

Salah yang menjadi pertanyaan adalah mengapa memilih pria tampan sebagai medianya? Terai memberi alasan jika mereka diberikan sesuatu yang mereka minati, maka perilaku mereka akan berbeda. Disamping itu pengalaman emosional akan meningkat ketika bersama orang yang kita anggap menarik.

Lalu, bagaimana mengetahui wanita tersebut sudah merasa lega atau bisa kembali ceria?

Menurut Thoms, tanda-tandanya dapat dilihat dari pancaran wajah wanita Jepang yang telah menyelesaikan sesi menangis mereka. “Rasa senangnya sangat terasa. Mereka semua tersenyum, terlihat antusias, dan tampak santai – bahkan cukup cerewet setelahnya,” kata Thoms.

“Pelebaran pupil dan denyut jantung yang lebih cepat merupakan tanda kelegaan dari pengalaman menangis,” tambahnya.

Salah satu pria tampan yang bekerja melayani curahan emosi para wanita Jepang adalah Ryeui-san yang juga seorang penyanyi dan pemain samisen (alat musik tradisional Jepang). Menurutnya, ia bisa merasakan perubahan pada wanita yang ia bantu. Perasaan para wanita ini jadi lebih baik, seperti perasaan setelah menonton pertunjukkan live musik.

Melihat dampak positif dari menangis ini, Terai berusaha untuk mengisi kekosongan tersebut dengan melakukan terapi menangis seminggu sekali. Kebanyakan orang di Jepang, terutama wanita bekerja dengan penuh tekanan. Apalagi mereka yang masih single dan membutuhkan tempat untuk meredakan stres.

Terai yakin dengan meluapkan semua tangisan membantu wanita di Jepang agar lebih tenang, rileks dan dapat mempersiapkan diri kembali menyambut hari esok.

Hasil penelusuran dari Thoms mengenai keunikan jasa menangis ini dibuat ke dalam sebuah film pendek yang berjudul Crying With The Handsome Man. Film pendek ini merupakan hasil wawancara dengan Ryeui-san si pria tampan dan beberapa wanita yang mengikuti terapi menangis.

Sumber:
http://nationalgeographic.co.id/

http://lifestyle.liputan6.com/