Berpetualang Seru Ke Dieng Dan Mendaki Puncak Gunung Prau


Ohayo mina. Saya mau cerita sedikit nih perjalanan seru saya tepatnya tahun lalu yang tadinya ingin menikmati festival budaya Dieng eh malah nyasar mendaki Gunung Prau. Hehee...

Jalan raya menuju Dieng

Awalnya saya penasaran melihat iklan promosi tentang festival budaya Dieng dari tahun-tahun sebelumnya. Tanpa pikir panjang ketika ada festival lagi saya langsung memutuskan untuk mencoba pergi jalan-jalan ke festival tersebut bersama kawan saya.

Waktu itu kalo tidak salah festivalnya dimulai bulan Agustus, tanggalnya saya lupa. Hehehe! Saya memulai perjalanan dari bandung dengan enam orang kawan saya. Kami memutuskan untuk memilih transportasi kereta api kelas ekonomi dari stasiun kiara condong.

Karena di Dieng tidak ada stasiun kereta api, jadi kami harus transit dulu di stasiun yang terdekat dengan dieng yaitu stasiun Kutoarjo. Perjalanan dari bandung sore sekitar jam 6. Dari stasiun Kiara Condong ke Stasiun Kutoarjo hampir 12 jam.

Setelah perjalanan yang panjang yang membuat pantat lelah, akhirnya sekitar jam 5 subuh kami sampe di stasiun Kutoarjo. Stasiunnya kecil memang tapi bisa dibilang bersih dan sangat nyaman.

Setibanya di stasiun kami mencari sarapan untuk isi perut biar lebih strong saat perjalanan ke Dieng yang masih membutuhkan sekitar 4-5 jam perjalanan. Di dekat stasiun tersebut ada warung nasi dan juga menjual soto yang cukup enak untuk disantap di pagi hari. Karena bertepatan dengan hari festival kebudayaan Dieng, jadi banyak dari para backpacker yang kami jumpai.

Oh iya, setelah dari stasiun Kutoarjo rencana kami menuju ke Desa Tapak Banteng untuk bertemu dengan Bapak Arifin. Di tempat Pak Arifin ini kami akan menginap. Dari sana kami naik angkot warna kuning menuju kota wonosobo. Perjalanan dari stasiun Kutoarjo ke kota Wonosobo sekitar 1 jam 45 menit.

kami di kota Wonosobo sedang menunggu mini bus untuk berangkat

Sesampainya di kota Wonosobo lanjut menggunakan mini bus untuk ke terminal Dieng. Tapi karena waktu itu hanya kami tim backpacker yang sampai disana, jadinya harus menunggu penumpang yang lain. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya ada tim backpacker lain yang mengajak kami untuk mencarter mini bus langsung ke Dieng menuju Desa Tepak Banteng. Waktu itu kalau gak salah satu orang bayar 20 ribu dan total kami ada sekitar 16 orang. Deal dan langsung berangkat. Kalau rute normal harus ke terminal wonosobo terlebih dahulu baru naik lagi ke jurusan Dieng.

Cukup jauh untuk bisa menuju Desa Tapak Banteng, kira-kira 2 jam lebih. Selama perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan hijau dari kebun-kebun milik warga dan terlihat panorama gunung prau yang wow banget dari kejauhan.

Setelah perjalanan panjang akhirnya kami turun duluan dan begitu kami turun di pinggir jalan langsung disambut oleh pak Arifin. Saya lupa alamat rumah beliau, tapi nanti saya akan kasih nomor kontak beliau.

ini dia bapak Arifin beserta istri dan putrinya

Rumah yang disewakan oleh pak arifin untuk tamu pendaki gunung Prau ini sangat murah lho guys. Beliau hanya mematok satu orang 50.0000 rupiah per hari. Itu sudah termasuk disediakan makan 3x kali sehari dengan lauk yang berbeda tiap harinya plus cemilan-cemilannya. Oke banget kan dan baik banget bapaknya.

suasana kehangatan di rumah bapak Arifin

Sesampainya dirumah keluarga pak Arifin kami disambut hangat oleh istri dan kedua anaknya yang masih lugu. Walaupun rumah beliau tampak kecil tapi suasana di dalamnya sangat hangat dan bersih. Ada 2 kamar kosong yang disediakan untuk tamu. Karena diantara kami ada 2 cewe jadi tuh kamar yang di isi oleh para wanita, sedangkan laki-lakinya di ruang tamu.

Kami berbincang-bincang dan memakan cemilan dengan keluarga pak arifin sambil mengistirahatkan badan kami yang lelah. Pada saat malamnya baru kami akan lanjut untuk menukar kupon tiket mengikuti festival budayanya.

Sesudah maghrib kami pergi tempat dekat alun-alun Dieng untuk menukar kupon. Setelah itu kami langsung menuju lokasi Candi Arjuna untuk masuk melihat festival “jazz di atas awan”. Udaranya benar-benar dingin bos.

Buat yang ingin ke Dieng bawa jaket lebih dari satu dan sarung tangan. Malam hari dinginnya luar biasa.

para ladies lagi di festival jazz "di atas awan" nih

Malam itu kami dibagikan jagung bakar untuk menemani menyaksikan pertunjukkan musik jazz. Saya tidak hafal siapa saja yang mengisi acara festival musik “jazz di atas awan”. Tapi yang saya ingat di pertunjukkan itu ada penampilan dari Sujiwo Tedjo yang oke banget dan kocak. Mungkin kebanyakan yang isi acara adalah pemusik lokal dari dieng atau daerah jawa tengah lainnya. Lalu ada sambutan dari Pak Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Setelah acara selesai kami pun kembali ke penginapan untuk beristirahat.

Pagi hari menyambut dengan dinginnya. Kami pun mandi bergantian (ya iyalah, masa mau barjajar). Pas mandi airnya itu dingin banget seperti es. Lalu dilanjut dengan sarapan untuk ngisi tenaga.

Kemudian kira-kira pukul 9.00 kami melanjutkan ke telaga warna ditemani pak Arifin bersama putra sulungnya. Kami jalan kaki melewati desa-desa. Catatan lagi nih, dari rumah pak Arifin ini untuk menuju ke talaga warna, batu ratapan angin, dan gunung prau cukup dekat. Tinggal berjalan kaki saja supaya lebih seru. Jadi harus siapkan fisik prima juga biar gak oleng.

nah, ini penampakan diri saya saat mau menuju ke danau talaga warna

Sembari melewati sawah-sawah yang sangat sejuk kami pun berfoto-foto ria. Semua pemandangan serba hijau. Sangat mantab untuk melepas stress.

dari sini ada banyak rute pilihan destinasi. tuh ada papan petunjuknya

Tiap ada spot bagus untuk di foto langsung cekrek. Kapan lagi guys bisa bareng-bareng tertawa bersama teman. Walaupun saat itu saya punya dua teman baru dalam grup. :D

sepanjang jalan kenangan ke talaga warna

Sesampainya di talaga warna sangat mempesona. Telaga warna sendiri merupakan danau yang terluas di dataran tinggi Dieng. Tidak banyak memang yang datang ke telaga warna saat itu jadi kami bisa berpuas-puas foto. Di telaga warna ini juga ada permainan flying fox juga yang terbang melewati danau telaga warna. Sebaiknya datang ke talaga warna ini di pagi hingga siang hari.

kami sedang ada di danau talaga warna nih

talaga warna ini asik juga untuk foto-foto. btw abaikan bapak di atas dahan pohon itu

masnya multitasking nih, ngamen sambil pub

mbaknya cantik banget yaa, eehh talaga warnanya gak kalah cantik tuh

asik banget ngeliatnya kan

teman saya lagi uji nyali nih main flying fox

Menikmati telaga warna sudah kenyang, lanjut ke batu ratapan angin. Tempat yang kata orang sangat epic buat dikunjungi. Dari telaga warna lanjut menyusuri hutan-hutan yang sangat lebat dan sejuk pastinya.

ini waktu mau lanjut ke batu ratapan angin

trek menuju batu ratapan angin

Butuh waktu sekitar 15 menit berjalan kaki melewati dan mendaki hutan untuk sampai di batu ratapan angin. Sangat melelahkan memang, tapi kami tidak sabar untuk melihat keindahannya. Benar saja begitu kami sampai diatas, pemandangan sugooiiiiiii banget!!! Mantab. Tentu kami tidak akan melewatkan momen view yang menakjubkan dengan berfoto. Tapi sebelum harus membayar tiket dulu 5 ribu per orang.

Batu ratapan angin ini merupakan dua buah batu besar yang berdampingan. Dari atas batu ini lah kita bisa lihat pemandangan talaga warna seperti dalam lukisan yang berada dibawahnya. sangat menakjubkan.

saya lagi berdiri di sisi batu ratapan angin

gimana guys. keren kan viewnya

formasi lengkap nih di sisi kiri batu ratapan angin

Cukup lama kami menghabiskan waktu untuk menikmati duduk-duduk melihat alam ciptaan Tuhan yang begitu keren. Tapi itu belum cukup, masih ada pemandangan gak kalah menakjubkan.

Puas menikmati foto-foto di batu ratapan angin, kami berjuang kembali untuk kembali ke penginapan. Lumayan gempor bos kaki, tapi karena kita menuruni bukit jadi agak santai.

Sampai di penginapan ternyata sudah maghrib. Tadinya kami ingin melihat festival penerbangan lampu lampion sebagai bagian dari festival budaya Dieng. Namun, karena sudah tepar akhirnya kami putuskan untuk beristirahat saja malam ini. Pak Arifin pun mengajak kami untuk mendaki gunung Prau melihat sunrise sebagai gantinya. Tentu saja kami iyakan, yosh. Malam itu setelah makan malam, kami hanya berbincang dengan keluarga pak Arifin sambil menikmati hangatnya bara arang yang dibakar di tempat pembakaran kecil. Tidak lama lalu kami pergi tidur.

nikmatnya malam dengan jagung bakar gratis

kebersamaan kami dengan keluarga pak Arifin

Sekitar jam 4.30 pagi kami dibangunkan oleh pak Arifin untuk mendaki. Yaa walaupun saat itu hanya tidur tiga jam, tapi karena penasaran dengan keindahan panorama gunung Prau kami pun bangun. Sayangnya ada satu teman kami yang tidak bisa ikut karena meriang (padahal badan gede, bulet, ko malah terkapar). Jadi tuh anak ditinggalin deh.

Kami pergi saat hari masih gelap, membawa senter, tongkat, oxygen dan perlengkapan diri. Udaranya dinginnya bisa sampe 0 derajat di Dieng ini. Dengan semangat kami lanjut untuk mendaki sambil menahan dingin. Pos satu sudah kami lewati. Di tengah perjalanan untuk ke pos dua, kami melihat tim lain sedang kesusahan. Kami menghampiri dan melihat salah satu orang dari grup yang kami jumpai mengalami kedinginan, gemetar, nafas tersengal-sengal. Teman saya akhirnya memberikan botol oksigen supaya tidak sesak nafasnya.

Saran dari saya buat yang punya asma atau tidak kuat dengan daerah dingin lebih baik jangan memaksakan diri untuk hiking ke gunung Prau atau gunung lainnya.

mendaki di tengah dinginnya udara malam di bawah kaki gunung prau

Setelah sedikit memberikan pertolongan kami pun lanjut mendaki. Karena beberapa dari kawan saya baru pertama kali hiking, pastinya jadi kendala buat mereka. Sampai pos dua nafas mulai sesak dan kami beristirahat sejenak. Waktu itu hari masih gelap. Setelah dirasa mereka kuat, kami pun lanjut mendaki.

kami sampe di pos 2 pendakian gunung prau

Niat untuk melihat sunrise harus sirna karena sampai matahari muncul perjalanan kami baru setengah jalan. Beberapa kali kami beristirahat sehingga sunrise tidak terkejar.

mbaknya ini baru pertama kali mendaki tapi tetap semangat

trek menuju puncak gunung prau

Medan gunung Prau memang luar biasa, gundukan tanah yang tinggi sedikit membuat sulit para pendaki. Karena yang hiking banyak sehingga seringkali kami dan orang lain bergantian untuk melangkah.

Setelah pendakian yang melelahkan bagi saya dan kawan saya yang baru pertama kali, akhirnya semua terbayarkan ketika sudah mencapai puncak. Tak terbayangkan keindahan panorama puncak gunung Prau dengan ketinggian 2563 di atas permukaan laut. Dari puncak tersebut saya bisa melihat bukit dan gunung lain yang seperti saling tumpang tindih. Sungguh Tuhan luar biasa.

Kami pun langsung berfoto-foto, ada yang sekedar memejamkan mata sejenak, dan ngobrol-ngobrol kecil. Bahkan beberapa menit kami hanya diam untuk sekedar menikmati suasana yang jarang kami temui di kota.

akhirnya sampai puncak gunung prau

kawan fotografer saya langsung mengabadikan diri di puncak gunung prau

ucapan selamat ulang tahun buat ibundanya dari puncak gunung prau. so sweet

ciyeee.. ada yang minta restu nih dari puncak gunung prau

mas-masnya lagi ngobrolin apa yaa?

Yeaayyy.. kami sampe di puncak (minus 1 orang)

Satu jam kami menikmati keindahan puncak gunung Prau kami pun turun kembali. Agak menyeramkan untuk menuruni jalan pendakian gunung Prau ini. Pas pula saya memakai sepatu converse, jadi sedikit sulit dan agak takut kalau saya tergelincir. Tapi, Puji Tuhan kami sampai di pos untuk sarapan menyantap kopi, gorengan, dan indomie.

Sesampainya di penginapan saya dan kawan merasa sangat happy. Liburan singkat walaupun keluar dari jadwal semestinya, tapi semua menakjubkan di Dieng ini.

Setelah kembali dari pendakian, makan siang, dan istirahat. Saya bersama tiga orang kawan saya terpaksa pulang lebih awal karena besoknya ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda. Sementara tiga orang sisanya masih stay dan baru akan pulang esok harinya.

Saya dan kawan yang pulang lebih dulu pergi ke terminal Wonosobo sekitar jam 4 sore naik mini bus.

Nah, itulah cerita singkat liburan saya di Dieng dan hiking ke gunung Prau.

Bagi yang mau hiking ke Prau butuh tempat menginap saya berikan kontak person Bapak Arifin yang siap menerima tamu mountain prau.
Nomor HP dan WA: 085290445930

Lalu untuk rincian biaya liburannya sebagai berikut:
Pergi:
Kereta api dari stasiun Kiara Condong Bandung ke stasiun Kutoarjo, Kereta Api Kahuripan Rp 90.000 / orang.
Stasiun Kutoarjo – kota Wonosobo, angkot warna kuning Rp 5.000 / orang
Kota Wonosobo – Desa Petak Banteng. Mini bus Rp 20.000 / orang
*Untuk rute ini tidak berhenti di terminal wonosobo, jadi harus patungan mengajak tim backpacker yang lain untuk carter mini bus langsung menuju ke Dieng.
Tiket wisata batu ratapan angin Rp 5.000 / orang.
Penginapan rumah bapak Arifin Rp 50.000 / hari / orang. Total Rp 150.000 / 3 hari / orang.
Pulang:
Desa Tepak Banteng – Terminal Wonosobo, mini bus Rp 25.000 / orang
Terminal Wonosobo – Bandung, Bus Rp 130.000 / orang

Total biaya yang saya keluarkan liburan di Dieng selama 3 hari Rp 425.000. Tapi itu belum termasuk jajan dan beli oleh-oleh yaa.

1 komentar untuk "Berpetualang Seru Ke Dieng Dan Mendaki Puncak Gunung Prau"

  1. Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
    cuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
    kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
    yuu buruan segera daftarkan diri kamu
    Hanya di dewalotto
    Link alternatif :
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus

Posting Komentar

close